Sebuah truk yang membawa pengiriman pertama vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh Sinovac Biotech Ltd. China tiba pada hari Senin di produs...
POKROL - Pemerintah akan memprioritaskan pulau Jawa dan Bali untuk putaran pertama program vaksinasi karena tingginya kasus COVID-19. "Dari 10 provinsi dengan kasus terkonfirmasi terbanyak, sebagian besar berada di Pulau Jawa dan Bali," kata juru bicara program vaksinasi nasional Siti Nadia Tarmizi.
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada 9 Desember, kasus aktif di tujuh provinsi di Jawa dan Bali mencapai 50.892 dengan total 376.112 kasus. Jawa Tengah memimpin penghitungan dengan lebih dari 17.000 kasus, diikuti oleh Jakarta dengan 11.700 kasus yang diketahui dan Jawa Barat dengan lebih dari 10.000 kasus.
Siti Nadia mengatakan tingginya jumlah kasus aktif dipicu oleh padatnya populasi di wilayah tersebut, menambahkan bahwa 60 persen dari 267 juta penduduk Indonesia berada di Jawa dan Bali.
Juru bicara satuan tugas COVID-19 nasional Wiku Adisasmita mengatakan pemberian vaksin kepada orang-orang di zona merah berisiko tinggi diharapkan dapat mengekang penularan virus, menambahkan bahwa vaksinasi tidak hanya bertujuan untuk menyelamatkan nyawa tetapi seluruh populasi. Oleh karena itu, Wiku mengingatkan masyarakat untuk membatasi mobilitasnya dengan tetap mematuhi protokol kesehatan yang ketat sebelum dan sesudah program vaksinasi massal nasional.
“Jika masyarakat mengabaikan protokol kesehatan, pasti akan ada lonjakan kasus,” katanya, seraya menambahkan bahwa vaksinasi tidak akan menjamin berakhirnya pandemi. Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy sebelumnya mengatakan, Presiden Joko “Jokowi” Widodo telah memerintahkan pemerintahannya untuk memprioritaskan zona merah untuk vaksinasi. “[Kami tidak dapat] memberikan tembakan pada orang secara acak tetapi harus [memprioritaskan] orang-orang tertentu berdasarkan zona risiko,” katanya.
Pada tahap pertama program vaksinasi nasional di Jawa dan Bali, pemerintah akan memanfaatkan 1,2 juta dosis vaksin COVID-19 yang diproduksi oleh China Sinovac Life Science Corp. Ltd., yang tiba di Indonesia pada 6 Desember. , Indonesia telah mendapatkan 3 juta dosis vaksin Sinovac, di mana 1,8 juta dosis sisanya akan mencapai negara pada bulan Januari.
Kepala Satgas Pemulihan Ekonomi Nasional Budi Gunadi Sadikin mengatakan, Sinovac akan mengirimkan 45 dosis vaksin curah untuk diproses lebih lanjut oleh perusahaan farmasi milik negara PT Bio Farma. Dari 15 juta dosis vaksin curah yang akan tiba di Indonesia bulan ini, Bio Farma akan memproses lebih lanjut untuk menghasilkan 12 juta dosis vaksin siap pakai.
“Sisa 30 juta dosis vaksin curah akan mencapai [Indonesia] pada Januari, dan akan diproses menjadi 24 juta dosis vaksin produk akhir pada bulan depan,” kata Budi. Selain Sinovac, pemerintah akan membeli beberapa vaksin lain yang diproduksi oleh AstraZaneca, China National Pharmaceutical Group Corporation (Sinopharm), Moderna, serta Pfizer Inc. dan BioNTech.
Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyri mengatakan dia juga telah berkomunikasi dengan Pfizer dan AstraZeneca untuk kemungkinan pengaturan di masa depan. Sedangkan dengan Novavax, perseroan telah menandatangani komitmen pengadaan vaksin. “Dengan Novavax, kami punya komitmen [membeli] 30 juta dosis, yang akan kami diskusikan lebih lanjut,” tambahnya.
Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengatakan program vaksinasi massal akan segera dilakukan segera setelah Badan Pengawas Obat dan Makanan mengeluarkan izin penggunaan darurat untuk vaksin tersebut.
Tidak ada komentar
Thank you for your kind comment, we really appreciate it.